20161228

masih percaya pada tuhan, namun enggan pada lingkungan yang jahat ini


akhir-akhir ini sering aku sebal pada anggapan yang terbentuk bagi kaum muslim di seluruh dunia, tapi di sisi lain aku juga sadar diri bahwa tidak seharusnya aku merasa begitu gemas menanggapi hal ini kecuali ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku sendiri.

aku jadi banyak menduga: bagaimana kalau ternyata sebagian kaum muslim tersebut memang sebagian kaum yang aku sendiri tidak ingin dikait-kaitkan dan disamakan dengan mereka? bagaimana jika mereka hanya islam ktp? bagaimana kalau mereka bukanlah orang-orang yang bisa ku jadikan teladan dalam beribadah? bagaimana kalau kebetulan hanya sebutan keyakinan yang sama "islam" tapi sebenarnya kami memiliki dasar ajaran agama yang berbeda? bagaimana kalau kami memang kebetulan terlihat sama dalam adab berbusana, tapi sebenar-benarnya kami memiliki pola pikir yang cenderung bertolak belakang satu sama lain? bagaimana?

tidak pernah mudah untuk menjadi diri sendiri ketika kamu selalu dibanding-bandingkan dengan orang yang kebetulan memiliki sedikit kesamaan denganmu: sama-sama berhijab, sama-sama kurus, sama-sama wanita, dan lain sebagainya. orang-orang boleh bilang kalau aku ini mengenakan hijab hanya karena sedang menjadi mode dan trend saja. tapi, kenapa masih saja aku mendengar ada saja celotehan tentang perempuan yang sudah memakai jilbab syar'i dengan segala ketekunan dan keteguhan imannya rela menutup auratnya secara cuma-cuma? yang paling parah, sering dihubung-hubungkan dengan terorisme. selain itu, aku juga pernah mendapat komentar berhubungan dengan hijab dan hal-hal yang bersangkutan, suatu waktu di hari-hari dahulu aku pernah mengganti display picture salah satu aku socmed dengan fotoku mengenakan hijab dan memakai pelembab bibir dengan warna yang agak ngejreng, kemudian datanglah seorang awam berceloteh "ku kira berhijab itu soal kesederhanaan dan apa adanya, kalau kamu sudah pakai hijab dan masih dandan dan terlihat menonjol lalu apa gunanya berhijab?". ugh.

kenapa islam menjadi banyak jenisnya? kenapa islam yang selama belasan tahun kupercayai dan kuanut ini nampaknya selalu salah? mulai dari hijabku yang kurang panjang, seakan-akan panjang tidaknya hijab yang menjulur di tubuh adalah tolok ukur keyakinan seseorang. apa iya? cuih.

sungguh, hal ini tidak pernah menjadi mudah bagiku. aku percaya pada apa yang kuyakini, tapi terkadang aku juga tidak yakin akan keputusanku. sering aku ragu sampai melamun lama di siang bolong dan malam yang panjang hanya untuk berpikir tentang melepaskan semua simbol-simbol agamaku yang selama ini kukenakan, jadi aku tidak akan pernah lagi dikomentari tentang seperti apa seharusnya menjadi seorang muslim, dikait-kaitkan dan disamakan dengan kaum yang katanya mengaku muslim tapi suka bikin dunia jadi porak poranda yang secara ajaran agama aku tidak pernah sependapat dengan mereka. 

aku ingin tahu, bagaimana kalau aku masih mengamalkan ajaran agamaku tapi tanpa mengenakan hijab? bukankah pada dasarnya, beragama itu tentang pengamalannya daripada pamer atribut tapi membaca kitab agamanya saja tidak bisa? bagaimana kalau aku percaya pada Allah, tapi tidak penting orang lain tahu tentang apa yang aku yakini? lalu kemudian yang menjadi penyesalan adalah, tidak seharusnya aku mengenakan hijab secepat ini, aku belum cukup baik, aku tidak cukup baik. aku merasa seperti aku sudah membuat keputusan secara terburu-buru dan sekarang aku terjebak pada keputusan itu sendiri.

sering, aku melepas hijab dan membayangkan jika hal seperti itu kulakukan dalam jangka waktu yang cukup lama dan membenarkan kelakuanku bahwa aku melepas hijab karena aku sudah lelah, karena aku takut, yang paling penting karena aku tidak ingin dilihat dan dinilai sebatas dari apa yang aku kenakan, kenapa penilaian dan pelabelan melulu dari apa yang terlihat di luar? alasan kenapa aku mengenakan hijab adalah karena aku ingin mencoba menjadi jujur pada diriku sendiri. bukan untuk memenuhi penilaian orang lain. bukan untuk mewujudkan ekspektasi-ekspektasi murah. bukan untuk ini. 

jujur saja, keyakinanku pada Allah dan diriku sendiri semakin baik dari masa-masa sebelumnya, tetapi keyakinan dan percayaku pada lingkungan setiap hari makin layu tak bernyawa. ibarat raga makhluk hidup yang jiwa atau nyawanya sudah ditarik kembali oleh empunya, kalian tahu kan apa yang terjadi selanjutnya? ya kurang lebih segitu banyak percayaku pada lingkungan ini. jika situasi tak kunjung membaik dan satu sama lain tidak saling "membenahi", aku tidak tahu apa aku masih bisa mengenali diriku sendiri